Jumat, 19 Juli 2013

Indahnya Bila Ku Mencinta

oh bahagia...
bila ku memandangnya....
ku merasakan getaran cinta didada...

bila ku tatap matanya...
ku tak bisa bicara sepatah kata...
ku bingung harus mengatakan apa...

inikah yang namanya cinta...
yang telah ku rasakan...
ku menyadari...
indahnya bila ku mencinta...
kini tiba saatnya...
dia mengungkapkan cinta...
kubingung harus berkata apa...
akhirnya ku menerimanya...





By: Ayuk

Kamis, 18 Juli 2013

kesunyian dan kehampaan hanyalah milik orang-orang yang tak bertuhan,... banyak orang yang menyebukan dirinya sebagai manusia bertuhan,.. tetapi fakta yang ada, tidak jarang diantara mereka yang enggan menghamba pada sang khalik,.. hati diciptakan tuhan untuk kita jadikan trempat renungan,.. lidah, pandai berdusta tapi hati tak akan pernah bisa. seseorang yang mengerjakan segala hal dengan hatinya, secara tidak langsung dia telah berada di jalan Tuhan. jalan tuhan adalah jalan kebenaran. kita bebas melakukan apapun selama masih melibatkan Tuhan didalamnya. karena hanya petunjuk Tuhan yang selalu membawa jalan kebenaran.
mari kita renungkan segala yang telah terjadi pada kita.... kita renungkan dengan hati,.. dibulan suci ini semoga masing-masing kita semua mendapatkan hikmah,..
Aamiin,..

Rabu, 17 Juli 2013



AKU ADALAH AKU

Aku adalah aku
Dia adalah dia
Kamu tak akan bisa paksa ku seperti dia
Aku ini duniaku
Dia itu dunia nya

Aku bukanlah dia
Aku adalah aku

                                Bukalah matamu
                                Lihatlah diriku
                                Ini aku
                                Bukanlah dirinya
                                Ku punya caraku
                                Dia dengan caranya
                                Jangan paksa aku seperti dirinya
                                Karnaku bukan dia
                                Aku adalah aku

                                                                                                                                By: Rahayu Nur Fitri

Senin, 15 Juli 2013



Benarkah Itu Cinta?

Dingin pagi yang mencekam seakan memaksaku untuk bertahan di ranjang kamar tidurku. Selimut hangat menutup sekujur tubuhku. Terasa nikmat ketika aku memejamkan kedua belah mataku. Tapi, ah aku harus bangun. Suara adzan subuh memaksaku untuk beranjak dari ranjang besi yang setia menemani malam-malamku.  Aku segera bangun dan kupaksa kedua belah mataku untuk membuka. Dan kukerahkan seluruh tenagaku untuk melawan rasa kantuk dalam dinginnya pagi. Segera kuambil air wudhu. Dinginnya air tak lagi ku hiraukan. Basuhan air di pagi hari sangatlah segar bagiku. Segera aku sholat dan kulantunkan ayat-ayat suci sebagai rutinitasku.
            Tak lama setelah selesai menjalankan ritual dipagi hari, kudapati ibu sedang memasak. Sebenarnya aku ingin membantunya, tapi kuurungkan niatku. Sungguh aku lelah sekali. Semalaman aku begadang mengerjakan tugas laporan biologi. Aku lihat kearah jam dinding yang menunjukkan pukul 04.35. kurasa ada cukup waktu untuk melepas lelah yang menderaku. Aku kembali tidur di ranjang. Selimut hangatku menyapu dinginnya pagi itu. Sungguh kenikmatan yang luar biasa.
* **
Tit... tit... tit...tit..., tiba-tiba handphoneku berbunyi penanda sms masuk. Aku bangun dan segera kuraih hp ku. One message received, tertulis nama ganong. Ternyata sms dari aldi sahabatku. “Eh mbok nyai cepet bangun jangan molor terus. Dah sholat subuh belum?? Kalo’ blm c4 sholt sna! Ntar gk sholt lg kyak kmaren lho!.” Aku membacanya sambil tersenyum. Ku lihat ke arah jam di hp ku menunjukkan pukul 04.50. Ternyata aku baru terlelap sekitar 15 menit. Waktu yang amat sangat singkat untuk melepas lelah pasca nglembur semalaman. Kembali  ku rebahkan badanku. Ku ambil selimut hangatku. Sengaja aku tak membalas sms aldi. Belum aku memejamkan kedua mataku, sms aldi kembali menggangguku, “hoe c4 bngun! Ap prlu q pangglin org skmpung, ayo bangun!.” Perutku terasa geli membaca sms aldi. Dia emang sedikit konyol, tapi itulah yang aku sukai darinya. Sudah lama aku bersahabat dengannya. Sejak duduk di bangku kelas 6 sekolah dasar sampai saat ini dia masih tetap menjadi sahabat nomor satuku.  
            Sebenarnya aku sudah lama menyukai aldi. Aku senang bersahabat dengannya, hingga saat ini kami duduk di bangku kelas XI SMA. Biarlah perasaanku ini menjadi rahasia aku dan Allah SWT. Tetapi sungguh aku menyukainya. Aku sering deg-deg an ketika kami bersama. Tapi kekonyolannya seakan-akan menyambutku, hingga aku melupakan debaran jantungku dan merasa menjadi bagian dari dirinya.
            Kamis, 17 Januari 2008. Aku seneng banget akhirnya usaha nglemburku semalam tidak sia-sia. Aku mendapat nilai B. Ya... walaupun gak sebagus A sih, tapi setidaknya aku merasa puas karena usaha nglemburku yang melelahkan membuahkan hasil yang kata anak-anak sih lumayan.
***
Bel penanda berkhirnya jam elajar mengajar berbunyi tepat jam 13.30. “Zia,, tungu!” terdgar teriakan nita, sahabatku. Dia satu kelas dengan aldi XI A 5.sedangkan aku XI A 4. “ada apa nit?” Tanyaku pada nita. “eh tadi kamu dicariin aldi tuh, katanya mau ngebalikin buku seni.” “oww gitu, yaudah sekarang dia dimana?” Tanyaku antusias. “tuh, di tempat parkir!” “thanks yaa..!.” Aku melesat kearah parkir.
***
“nong, lama nunggu yaa?? Sorry yaa.. abis aku gak tau kalo kamu disini, aku kira masih dikelas.” Basa-basiku pada sosok yang berbadan kurus ini. Aku terbiasa memanggilnya dengan sebutan ganong karena dulu sewaktu keciljidatnya sering benjol-benjol. Kata orang-orang dilingkunganku sih namanya bonong. Jadi aku panggil ganong. “nyai, ini bukumu, thanks yaa..! eh kenapa smsku tadi pagi gak kamu bales? Kamu marah yaa sama aku.. ma’af.” Aldi memasang tampang melasnya. “ah, ngomong apa sih, lagian siapa sih yang marah ma kamu, orang aku cuman lagi malas aja bales sms kamu.””kenapa? gak punya pulsa yaa. Hehe..” Aldi mengangkat kedua alisnya sambil nyengir. “udah deh, gak usah sok gitu, emang  kamu pikir aku gak punya pulsa apa?” Sejenak kami terdiam. “ke kantin yuk!” Ajakku pada aldi. “duh sorry nyai, kali ini aku gak bisa, soalnya lagi ada urusan. Gak papa kan?” “emang kamu da urusan apa sih?” “ehm rahasia..!” Aku terdiam mendengar jawaban aldi. “eh, kok bengong sih? Yaudah aku duluan yaa.. assalamu’alaikum” “wa’alaikumsalam” Jawabku lirih. Aku penasaran, tidak biasanya aldi menyembunyikan sesuatu dariku. Aku masukkan bukuku ke dalam tas ranselku.
Sesampai dirumah, seperti biasa aku melepas tas dan sepatuku. Segera aku menuju kamarku dan kurebahkan badanku ke ranjang besi dengan sprei putih berhias bung bermotif batik dan berwarna biru tua kombinasi muda. Aku masih penasaran dengan tingkah aldi. Aku menerka-nerka apa yang sebenernya aldi sembunyikan dariku. Biasanya dia selalu terbuka padaku dalam hal apapun. Tapi mengapa kali ini ada yang dia rahasiakan dariku. Ku alihkan pandanganku ke arah jendela kamar tidurku. Tak lama kemudian aku keluar rumah dengan seragam almamaterku yang masih menjadi satu dengan tubuhku. Aku lihat ke arah rumah aldi yang berjarak lima meter dari rumahku. Aku tidak melihat motor metik yang biasa terpakir di teras rumahnya. Mungkin aldi belum pulang. Tidak lama berdiri didepan teras, aku putuskan untuk kembali ke kamarku. Aku keluarkan seluruh isi tasku satu per satu. Ku tata buku-bukuku di rak besi yang menghiasi sudut ruang kamar tidurku. Aku tata alat-alat tulis di meja belajarku dengan rapi. Pandanganku beralih pada buku tulis kesenian bersampul kertas asturo biru bertuliskan namaku Fauzia Murfiqah. Lalu kubuka-buka halaman demi halaman pada b uku kesenianku ambil menebak-nebak baigan mana yang telah dicatat aldi. Sampai dihalaman terakhir, woww... oh my God jantungku berdetak kencang, darahku seperti berhenti mengalir, pikiranku kacau tak karuan, jam dindingpun seolah-olah berhenti berdentang sambil mengamati kedua mataku yang sayu tertegun memandangi coretan di halaman terakhir buku unik bersampul biru itu. Aku tutup bukuku sejenak, ku pejamkan kedua mataku, ku tarik napas panjangku seakan-akan aku tak sanggup membaca coretan itu. Ku buka kembali kedua belah mataku, ku yakinkan diriku atas apa yang baru saja aku baca. Sebuah rangkaian kata-kata singkat namun mampu membuatku tercengang. Dengan jantung yang berdebar-debar kembali kubaca coretan itu perlahan-lahan ‘zia, sebenarnya aku mencintaimu sejak.........’. sepenggal kalimat yang tak berlanjut itu menyita pikiran dan perhatianku beberapa saat. Lalu kututup kembali buku kesenianku.
***
Pagi yang cerah dengan sinar mentari yang terang seolah-olah menggambarkan suasana hatiku yang berbunga-bunga. Aku tak bisa membohongi diriku sendiri kalau aku bahagia sekali. Ketika aku dijalan, ku lihat ke arah jam tanganku yang menujukkan pukul 06.45. woww... lima belas menit lagi gerbang sekolah akan ditutup. Aku tambahkan laju motor bebekku dan melesat di tengah-tengah hiruk pikuk jalan. Sesampai di tempat parkir, ku parkir segera motorku. Aku berjalan menuju kelas dengan tergesa-gesa. Tiba-tiba brooookkkkkkk... aku bertabrakan dengan seseorang. Dia adalah dito teman sekelas aldi. Dia tersenyum kearahku.hal yang sama pun kulakukan padanya. “ma’af yaa aku terburu-buru..” basa-basiku padanya sambil ku ambil buku paketku yang terjatuh. Dia hanya mengangguk. Tak sepatah katapun terucap darinya. Memang, dito anaknya pendiam. Dulu waktu kelas X, aku satu kelas dengannya. Dia tu anaknya cuwek, tapi lumayan banyak disukai cewek-cewek di kelasku. Wajahnya klo’ aku bilang sih biasa, tapi karismanya tu lho.. hemmm. Mungkin ini yang dimaksud dengan innerbeauty. Tapi, dia kan cowok. Masa’ cowok cantik sih. Inner handsome kali yaaa.. hehe.. mana ada tuh. Pokoknya dia beda lah ma cowok-cowok lain. Apalagi sama si widi vokalis grup band siterus yang suka tebar pesona sama cewek-cewek di sekolahku. Idiihh gak banget menurutku. Kalo’ inget model rambutnya yang jabrik-jabrik tu, hedeehh males dech. Ngakunya anak muda masa kini dengan style rambut yang oke punya. Tapi kalo’ menurutku gak da oke2nya tuh. Risih aku ngeliatnya. Apalagi kata temen-temen, kemaren si widi tu kena opersasi rambut panjang. Operasi yang dilakukan oleh guru BP untuk merapikan rambut anak-anak bandel. Gak rapi sih, yang ada malah amburadul. Haha.. aku tu suka kalo’ ngeliat cowok yang bersih[T1] , rapi, and rambutnya gak neko-neko. Kayak aldi gitu. Eh malah jadi inget aldi.
Bel berbunyi, penanda istirahat pertama. Hp ku bergetar. Sms dari aldi masuk. ‘Nyai, ntr pulg scol breg ya?’ Lalu ku balas smsnya ‘iy, ku tunngu d prkir’. Selesai istirahat, suasana menerka-nerka siapa pemilik tulisan di buku seniku. Otakku terus berpikir sampai akhirnya ku temukan sebuah nama di memori otakku. Falif aldiansyah, nama lengkap aldi. Aku berpikir mungkin itu aldi. Karena hanya dia satu-satunya cowok yang pernah meminjam buku catatan kesenianku. Hanya dia yang memberi panggilan sayang untukku. Ya, dia memanggilku nyai. Apakah ini cinta, benarkah aku mencintainya dan dia mencintaiku? Jika memang benar aldi yang memiliki tulisan itu, kenapa ia tak pernah mengatakan sejujurnya padaku. Apa ini semua alasan mengapa kau menolak ajakanku untuk ke kantin saat kau mengembalikan buku catatabku. Apa kau takut aku membuka dan membaca coretan darimu disaat kau ada didepanku. Ya Allah,.. apa yang sebenarnya hamba rasakan ini,? Mengapa Engkau memunculkan kembali rasa yang sudah lama hamba pendam dengan susah payah ini.
***
Ketika aku berjalan menuju tempat parkir, ku lihat sosok aldi. Dia duduk diatas motorku. Sepertinya dia sedang menungguku. Aku tak kuasa menahan gejolak hatiku yang tak karuan. Nafasku yang terasa sesak, aliran darahku yang seolah mengalir semakin cepat. Semakin jarak ku dekat dengannya, degub jantungku terasa berdebar semakin kencang. Apalagi saat aku menatap kedua bola matanya, aku benar-benar tak kuasa menahan perasaan yang berkecamuk dihatiku. Akhirnya aku putuskan untuk menundukkan pandanganku. “hey, lama banget sih jalannya! Kayak kura-kura.” Celetuk aldi. Suaranya terdengar lembut di telingaku. Aku tetap menunduk malu. Aku malu harus berhadapan secara langsung dengan seseorang yang aku cintai dan mencintaiku. “kamu kenapa sih nyai kok aneh banget, diaamm melulu. Udah gitu jalannya nunduk lagi, emang dibawah ada apa’an sih. Cari puntung rokok yaa? Atau kamu abis kesambet? Hahaha...” goda aldi padaku. “kamu apaan sih, gak kok aku gak apa-apa.” Sahutku. “eh kamu bisa gak sih, mulai saat ini gak usah panggil aku nyai, panggil zia aja!” lanjutku. “hahaha.. kamu lucu nyai, lama-lama bisa sakit perutku berhadapan ma orang yang tiba-tiba aneh kayak kamu. Udah, mana kunci motormu!” aldi menyodorkan tangannya.
            Entahlah aku bingung dengan aldi. Aku ngomong serius, dia malah tertawa. Dari dulu, aldi memanggilku dengan sebutan nyai. Aku gak tahu persis apa alasannya memanggilku seperti itu. Mungkin karena penampilanku yang tertata dengan balutan kerudung atau mungkin karena sifatku yang sok alim dimatanya. Mungkin juga karena aku sering ceramah membosankan seputar agama didepannya. Entahlah yang jelas dia memiliki alasan tersendiri. Seperti aku yang memiliki alasan kenapa aku memanggilnya ganong.
***
            Ku pandangi aldi dari belakang hingga berlalu menuju pintu rumahnya. Aku masih melihat bayang-bayang aldi dihadapanku. Tawanya, kekonyolannya, suaranya, tatapannya, bahkan aromanya pun masih melekat dihidungku. Aku rasa aku sedang dimabuk cinta.
            Tiba-tiba handphoneku berbunyi, penanda telpon masuk. Tertulis nama mely, teman sebangkuku. “hallo assalmu’alaikum,..” sapa mely.”wa’alaikumsalam..” “zia, besok aku mau ngomong sesuatu ma kamu. Penting banget, kamu pasti bakalan suka, okeh.....?” “emang mau ngomong apa?” sahutku datar. “ada dech pokoknya. Daaa.... assalamu’alaikum.” Tut.. tut.. tut.. Tiba-tiba terputus. Aku tak mengerti apa maksud mely. Dia bilang aku bakalan suka. Apakah yang dia maksud menyangkut aldi? Loh kok jadi aldi lagi sih yang nongol dibenakku. Okeylah aldi emang bener-bener berhasil mengacaukan pikiranku akhir-akhir ini.
***
            “coba deh tebak, aku mau ngomong apa?” tanya mely dengan jahilnya padaku. “ya mana aku tahu, orang yang mau ngomong situ kok!” “yaudah, to the point aja yach, kamu tau adi kan?” “adi anak ips 2 tu?” tanyaku. “yo’i, bener. Dia tu kemaren bilang ma aku kalo tipe cew’ yang dia suka tu kayak kamu. Apalagi kalo badan kamu digede’in dikit, dia bakalan lebih suka atau bahkan cuinta ma kamu. Hehe..” “halah udah deh, gk penting banget sih, aku kira mau ngomong apa.” Celetukku. “hehe.. yaudah aku mau ke musholla dulu. Daa..!” mely berlalu meninggalkanku. Aku semakin tidak mengerti, kenapa coba mely ngomong tentang adi. Itu kan privasi. Andai yang dia ceritakan tadi aldi. Hmmmm.... mulai deh.
***
            Tak terasa waktu menunjukkan pukul 13.30. bel berbunyi. Anak-anak sekolah semburat menuju tempat parkir. Ada yang menuju kantin, musholla, kamar mandi, dan berbagai tempat yang aman untuk berduaan. Hehe.. biasanya sih di lorong-lorong kelas. “zia, aku mau ngomong...!” nita teman sekelas aldi tiba-tiba muncul dari belakangku. “ngomong apa? Serius amat!” timpalku. “aku mau ngomong tentang aldi.” “o ya.. emang da pa dengan aldi? Apa dia cari gara-gara lagi ma kamu? Udah deh klo’ dia bikin ulah, gk usah diladenin. Kamu tau sendiri kan aldi tu anaknya kayak apa? So, gk usah diambil hati.” Aku sok nasihatin nita. dia sering bercerita tentang ulah aldi padaku. Aku gak tau kenapa. “kenapa sih nit? Udah yaa.. apapun yang aldi lakuin, aku harap kamu bisa ma’afin dia. Okey.” Aku keterusan nyerocos didepan nita. Aku gak mau terjadi apa-apa dengan aldi. Aku tau nita. Meskipun cewe’, dia sungguh nekat anaknya. Gak peduli berhadapan ma siapapun. Pokoknya siapa aja yang cari gara-gara ma dia, bisa berkepanjangan tuh urusannya. “bukan.. bukan itu zia. Tapiii.....” “tapi apa?” aku potong kata-katanya. “aldi jadian ma dinda, cewe’ satu kelasnya.” Haaaaaaa......oh my God, hatiku hancur mendengarnya. Sepertinya jiwaku melayang tak tau arah. Tak kuhiraukan lagi nita. Aku terus berjalan menelusuri teras kelas. Suasana sekolah terasa sepi. Tak ada suara keramaian. Tak ada suara teriakan. Tak ada suara motor yang dikeluarkan dari barisan parkir oleh sang empunya. Yang ada hanya suara hatiku yang hancur berkeping-keping.
            Aku berlari menuju toilet. Aku nyalakan kran air. Dan aku pun menangis sejadi-jadinya. Tak ada satu orang pun yang mendengar suara tangisanku. Mungkin hanya Tuhan yang tau. Tak lama kemudian ku buka pintu toilet dan aku keluar. Suasana sekolah benar-benar sepi. Mungkin anak-anak pada pulang. Yang tersisa hanya beberapa pasang saja.
***
Aku terus berjalan menuju arah parkir. Tetap dengan pandangan kosong yang tak berfokus. Tiba-tiba mataku tertuju pada satu arah. Aku melihat aldi berdiri. Kali ini dia tidak sebagai seorang diri yang sedang menungguku. Tapi dia bersama seorang cewe’, dinda. Untuk kesekian kalinya dihari dan jam yang sama hatiku hancur. Betapa remuknya hatiku ini. Ingin kuteteskan air mataku ini. Aku benar-benar gak sanggup melihat mereka berdua. Aku cemburu. “zia, kok belum pulang?” sapa aldi. “a...a...aku bbaru selesai kerja lembur.” “haa kerja lembur. Haha..?” timpal aldi. Aku lirik dinda yang sedang tertawa kecil. Sepertinya mereka sedang menertawakan kekonyolanku. “emmmm,.. maksudku kerja kelompok.” Huft, untung aku bisa kontrol diriku. Suasana hatiku benar-benar kacau. “owh ya, zia kenalin ini dinda.” Kata aldi sembari menunjuk dinda. Kupingku terasa aneh mendengar aldi mengucap namaku. Biasanya dia selalu memanggilku dengan sebutan nyai. Sungguh kali ini ia beda. “eemmm iya, aku udah kenal kok.” “dinda pacarku, karena kamu sahabatku, kamu harus tahu.” Timpal aldi. “i..iya..” ucapku. Kupandangi dinda yang hanya memberikan senyum manisnya padaku.
Aku benar-benar benci situasi yang seperti ini. Suasana hatiku benar-benar buruk. Kenapa harus dinda. Aku benar-benar kecewa dengan aldi. Mengapa ia harus menuliskan serentetan kata yang membuat hatiku melayang? Jika ia mencintai dinda, tak seharusnya ia melakukan itu padaku. Sungguh ini tak adil untukku. Pikiranku terus berkecamuk. Aku ingin mendamprat aldi habis-habisan. Tapi apa daya, aku tak bisa apa-apa. Akhirnya ku putuskan untuk beranjak dari tempatku berdiri. “al, din... aku turut bahagia. Semoga kalian berbahagia juga yaa??” basa-basiku yang 100% bohong. Aku sama sekali tak berbahagia. Aku bilang semoga mereka bahagia, padahal dalam hati moga gak da kebahagiaan sedikitpun untuk hubungan mereka and moga cepet putus. “makasih zia.” Ucap dinda. “yaudah, aku duluan ya!” seru ku sembari meninggalkan mereka berdua.
***
Aku benar-benar tak mengerti tentang semua ini. Tak henti-hentinya aku berpikir tentang aldi. Kalo’ emang dia mencintai aku, kenapa harus jadian ma orang lain? Apa aku yang harus memulai duluan? Tapi mana mungkin. Aku kan cewe’. Ya Allah harus bagaimana hambamu ini? Aku hanya bisa pasrah.
***
Pagi hari nan dingin membuatku malas untuk beraktifitas. Berangkat ke sekolah menerjang embun dipagi buta sangatlah membosankan. Hampir setiap hari aku melakukan itu. Tapi kali ini lelah melandaku. Aku tak tau karena apa. Tugas disekolah tak menumpuk, ulangan harian juga tak ada. Tapi, aku benar-benar merasa sangat lelah. Mungkin karena peristiwa kemarin. Aku masih belum bisa menerima kenyataan bahwa aldi, telah menjadi kekasih dinda.
“huh kalo saja aku tau hari ini bakalan jam kosong, gak bkalan berangkat sekolah tadi”, celetuk mely. Aku hanya terdiam mendengarnya tanpa komentar sedikit pun. Aku sedang tak ingin berbicara apa-apa. Mungkin saat ini, aku terlihat seperti manusia bodoh yang sedang duduk manis dan tak tau sedang memikirkan apa. Tiba-tiba datanglah sosok cowok didepan meja bangkuku. “hay, bisa bicara sebentar, aku mau ngomong sesuatu”, kata dito. “okeh..”. dito keluar dari kelasku, aku pun mengikutinya dari belakang. Tak tau apa yang bakalan dito katakan padaku. Dan aku pun tak berminat menebaknya. Lagian aku juga gak peduli apa yang akan dito katakan padaku. Aku hanya mengikutinya saja. Sebenarnya ogah keluar kelas, apalagi cuman untuk dengerin dito ngomong. Tapi mau gimana lagi, aku jauh lebih malas kalo’ harus nolak, terus mikir nyari’ alasan inilah, itulah. Pokoknya hari ini, aku gak pengen nglakuin apa-apa, gak lagi pengen apa, dan gak pengen apa-apa. Aku cuman pengen diem sambil membayangkan aldi. Aarrrggghhh, tapi mana mungkin. Aldi kan udah resmi pacaran ama dinda. Uuhhh sebel.
            Tak terasa aku dan dito sampai dibelakang perpustakaan. Dia berhenti dilorong kecil tempat biasa mangkir anak-anak kalo lagi pacaran. Aku pun berhenti. Sejenak aku konsentrasi pada dito. Untuk apa dia mengajakku ke tempat seperti ini. Udah gitu sepi lagi, cuman ada aku, dia, dan semut-semut kecil. Jadi inget lagu om crhisye yang jadi backsong sinetron kisah kasih disekolah jaman aku sd dulu. Tiba-tiba aku kepikiran lirik lagunya. ‘malu aku malu pada semut merah yang berbaris didinding menatapku curiga seakan penuh tanya sedang apa disini... menanti pacar jawabku’. Pas banget ma kondisi saat ini. Aku yang sedang berdua dengan dito diliatin ma semut merah. Ihhhh mikir apa sih aku ini. Ini kebiasaan, pikiranku terlalu kreatif, jadi kalo’ dibiarin bisa semakin liar aja. Hmmmm... tapi kok dito sih, andai za aldi. Tu kan pikiranku liar lagi, malah mikir aldi. “zia, sebelumnya aku minta ma’af kalo aku lancang sama kamu”, suara dito terdengar sangat lirih. “sebenarnya, yang nulis e e kata-kata ya kata di di buku halaman terakhir, eh maksud aku di halaman terakhir buku kesenianmu, itu a aku.” Dieng seketika aku tersentak. “kok bisa?” “aku liat aldi pnjem bukumu, kan aku satu bangku ma dia, waktu dia lagi ke kantin, aku ambil bukumu dari tasnya. Ma’af kalo’ aku dah lancang”. Aku seperti terhipnotis oleh kata-kata yang muncul dari bibir dito barusan. Aku sama sekali gak berpikir kalo’ kata-kata itu berasal dari tulisan tangan dito. Begonya lagi sebelumnya aku gak berpikir sama sekali kalo dito bakalan ngomong hal yang semacam ini padaku. Harusnya aku mikir terlebih dahulu, kalo bisa saja dito akan ngomong macem-macem ke aku. Secara seorang dito, cowo’ pendiam yang jarang bicara ataupun menyapa pada cewe’ tiba-tiba mengajakku ke tempat sepi dan menjelaskan kalo dia yang menulis kata-kata itu. Huft.. kenapa harus dito. Kenapa bukan aldi. Tanpa bertanya lagi, aku beranjak dari tempatku berdiri. “zia, kamu jangan bingung ya. Kata-kataku itu jangan kamu jadikan sebagai beban. Aku cuman mengungkapkan isi hatiku aja kok. Biar bebanku berkurang. Kamu gak perlu jawab apa-apa. Kamu tau tentang perasaanku ja udah lebih dari cukup buat aku.” Lalu aku pergi meninggalkan dito. Kejadian barusan benar-benar membuatku semakin bingung. Kenapa dito tiba-tiba mengungkapkan isi hatinya? Kenapa dia mencintaiku? Sejak kapan? Bukankah cinta itu bisa timbul karena terbiasa. Sedang aku dan dito, kita sama sekali tidak memiliki hubungan yang dekat.
***
            Dingin pagi nan mencekam, ku tarik ke atas selimut tebalku yang hanya menutupi kedua kakiku. Bukannya terlelap, eh mataku malah terbuka lebar. Pikiranku melayang pada kejadian kemaren sore. Wajah dito terbayang dibenakku, mataku semakin tak bisa ku pejamkan. Belum selesai dengan halusinasi dito, tiba-tiba muncul wajah aldi di benakku. Apa ini, mengapa aku tiba-tiba berhayal aneh. Sepertinya pikiranku semakin kacau. Benarkah semua ini cinta? Benarkah rasa yang bersemayam di hatiku untuk aldi itu cinta? Benarkah yang dilakukan dito padaku itu cinta? Benarkah pujian adi itu cinta? Benarkah widi sang vokalis selalu menebarkan pesonanya itu cinta? Aku semakn tak paham dengan arti cinta. Entah itu bahagia, entah sakit. Aku tak paham.
            Ku lihat jam wekerku menunjukkan pukul 03.45. masih ada sisa waktu untuk sholat malam. Ku ambil mukenaku, ku adukan segalanya pada Allah SWT hingga menjelang shubuh. Ku lanjutkan dengan sholat shubuh. Tak terasa air mataku berlinang. Tak tau kenapa. Aku merasa begitu rendah di hadapan tuhanku. Dalam beberapa waktu terakhir ini aku telah disibukkan oleh cinta. Mencari arti cinta. Yang kudapatkan hanyalah kekecewaan, kerumitan yang semakin membuatku bingung. Ya Allah, ampuni dosa-dosa hamba, kekhilafan hamba hingga hamba melupakanMu. Kini aku baru sadar, bahwa dari sekian hal yang ku duga cinta, hanya ada satu cinta yang sejati, yaitu cinta pada sang Ilahi. Tak perlu khawatir akan sakit, karena cinta itu pasti akan terbalaskan. Sudah lama aku melupakan rutinitasku dipagi hari. Membuat dinding-dinding kamar tidurku menggema. Lalu, kuambil al-Qur’an kecilku dan kulantunkan ayat-ayatNya.




Selasa, 16 Juli 2013
13.11


 [T1]