Benarkah
Itu Cinta?
Dingin
pagi yang mencekam seakan memaksaku untuk bertahan di ranjang kamar tidurku.
Selimut hangat menutup sekujur tubuhku. Terasa nikmat ketika aku memejamkan
kedua belah mataku. Tapi, ah aku harus bangun. Suara adzan subuh memaksaku untuk
beranjak dari ranjang besi yang setia menemani malam-malamku. Aku segera bangun dan kupaksa kedua belah
mataku untuk membuka. Dan kukerahkan seluruh tenagaku untuk melawan rasa kantuk
dalam dinginnya pagi. Segera kuambil air wudhu. Dinginnya air tak lagi ku
hiraukan. Basuhan air di pagi hari sangatlah segar bagiku. Segera aku sholat
dan kulantunkan ayat-ayat suci sebagai rutinitasku.
Tak lama setelah selesai menjalankan
ritual dipagi hari, kudapati ibu sedang memasak. Sebenarnya aku ingin
membantunya, tapi kuurungkan niatku. Sungguh aku lelah sekali. Semalaman aku
begadang mengerjakan tugas laporan biologi. Aku lihat kearah jam dinding yang
menunjukkan pukul 04.35. kurasa ada cukup waktu untuk melepas lelah yang
menderaku. Aku kembali tidur di ranjang. Selimut hangatku menyapu dinginnya
pagi itu. Sungguh kenikmatan yang luar biasa.
* **
Tit...
tit... tit...tit..., tiba-tiba handphoneku berbunyi penanda sms masuk. Aku
bangun dan segera kuraih hp ku. One message received, tertulis nama ganong.
Ternyata sms dari aldi sahabatku. “Eh
mbok nyai cepet bangun jangan molor terus. Dah sholat subuh belum?? Kalo’ blm
c4 sholt sna! Ntar gk sholt lg kyak kmaren lho!.” Aku membacanya sambil
tersenyum. Ku lihat ke arah jam di hp ku menunjukkan pukul 04.50. Ternyata aku
baru terlelap sekitar 15 menit. Waktu yang amat sangat singkat untuk melepas
lelah pasca nglembur semalaman. Kembali
ku rebahkan badanku. Ku ambil selimut hangatku. Sengaja aku tak membalas
sms aldi. Belum aku memejamkan kedua mataku, sms aldi kembali menggangguku, “hoe c4 bngun! Ap prlu q pangglin org
skmpung, ayo bangun!.” Perutku terasa geli membaca sms aldi. Dia emang
sedikit konyol, tapi itulah yang aku sukai darinya. Sudah lama aku bersahabat
dengannya. Sejak duduk di bangku kelas 6 sekolah dasar sampai saat ini dia
masih tetap menjadi sahabat nomor satuku.
Sebenarnya aku sudah lama menyukai
aldi. Aku senang bersahabat dengannya, hingga saat ini kami duduk di bangku
kelas XI SMA. Biarlah perasaanku ini menjadi rahasia aku dan Allah SWT. Tetapi sungguh
aku menyukainya. Aku sering deg-deg an ketika kami bersama. Tapi kekonyolannya
seakan-akan menyambutku, hingga aku melupakan debaran jantungku dan merasa
menjadi bagian dari dirinya.
Kamis, 17 Januari 2008. Aku seneng
banget akhirnya usaha nglemburku semalam tidak sia-sia. Aku mendapat nilai B.
Ya... walaupun gak sebagus A sih, tapi setidaknya aku merasa puas karena usaha
nglemburku yang melelahkan membuahkan hasil yang kata anak-anak sih lumayan.
***
Bel
penanda berkhirnya jam elajar mengajar berbunyi tepat jam 13.30. “Zia,, tungu!”
terdgar teriakan nita, sahabatku. Dia satu kelas dengan aldi XI A 5.sedangkan
aku XI A 4. “ada apa nit?” Tanyaku pada nita. “eh tadi kamu dicariin aldi tuh,
katanya mau ngebalikin buku seni.” “oww gitu, yaudah sekarang dia dimana?”
Tanyaku antusias. “tuh, di tempat parkir!” “thanks yaa..!.” Aku melesat kearah
parkir.
***
“nong,
lama nunggu yaa?? Sorry yaa.. abis aku gak tau kalo kamu disini, aku kira masih
dikelas.” Basa-basiku pada sosok yang berbadan kurus ini. Aku terbiasa
memanggilnya dengan sebutan ganong karena dulu sewaktu keciljidatnya sering
benjol-benjol. Kata orang-orang dilingkunganku sih namanya bonong. Jadi aku
panggil ganong. “nyai, ini bukumu, thanks yaa..! eh kenapa smsku tadi pagi gak
kamu bales? Kamu marah yaa sama aku.. ma’af.” Aldi memasang tampang melasnya.
“ah, ngomong apa sih, lagian siapa sih yang marah ma kamu, orang aku cuman lagi
malas aja bales sms kamu.””kenapa? gak punya pulsa yaa. Hehe..” Aldi mengangkat
kedua alisnya sambil nyengir. “udah deh, gak usah sok gitu, emang kamu pikir aku gak punya pulsa apa?” Sejenak
kami terdiam. “ke kantin yuk!” Ajakku pada aldi. “duh sorry nyai, kali ini aku
gak bisa, soalnya lagi ada urusan. Gak papa kan?” “emang kamu da urusan apa
sih?” “ehm rahasia..!” Aku terdiam mendengar jawaban aldi. “eh, kok bengong
sih? Yaudah aku duluan yaa.. assalamu’alaikum” “wa’alaikumsalam” Jawabku lirih.
Aku penasaran, tidak biasanya aldi menyembunyikan sesuatu dariku. Aku masukkan
bukuku ke dalam tas ranselku.
Sesampai
dirumah, seperti biasa aku melepas tas dan sepatuku. Segera aku menuju kamarku
dan kurebahkan badanku ke ranjang besi dengan sprei putih berhias bung bermotif
batik dan berwarna biru tua kombinasi muda. Aku masih penasaran dengan tingkah
aldi. Aku menerka-nerka apa yang sebenernya aldi sembunyikan dariku. Biasanya
dia selalu terbuka padaku dalam hal apapun. Tapi mengapa kali ini ada yang dia
rahasiakan dariku. Ku alihkan pandanganku ke arah jendela kamar tidurku. Tak
lama kemudian aku keluar rumah dengan seragam almamaterku yang masih menjadi
satu dengan tubuhku. Aku lihat ke arah rumah aldi yang berjarak lima meter dari
rumahku. Aku tidak melihat motor metik yang biasa terpakir di teras rumahnya.
Mungkin aldi belum pulang. Tidak lama berdiri didepan teras, aku putuskan untuk
kembali ke kamarku. Aku keluarkan seluruh isi tasku satu per satu. Ku tata
buku-bukuku di rak besi yang menghiasi sudut ruang kamar tidurku. Aku tata
alat-alat tulis di meja belajarku dengan rapi. Pandanganku beralih pada buku
tulis kesenian bersampul kertas asturo biru bertuliskan namaku Fauzia Murfiqah.
Lalu kubuka-buka halaman demi halaman pada b uku kesenianku ambil menebak-nebak
baigan mana yang telah dicatat aldi. Sampai dihalaman terakhir, woww... oh my
God jantungku berdetak kencang, darahku seperti berhenti mengalir, pikiranku
kacau tak karuan, jam dindingpun seolah-olah berhenti berdentang sambil
mengamati kedua mataku yang sayu tertegun memandangi coretan di halaman
terakhir buku unik bersampul biru itu. Aku tutup bukuku sejenak, ku pejamkan
kedua mataku, ku tarik napas panjangku seakan-akan aku tak sanggup membaca coretan
itu. Ku buka kembali kedua belah mataku, ku yakinkan diriku atas apa yang baru
saja aku baca. Sebuah rangkaian kata-kata singkat namun mampu membuatku
tercengang. Dengan jantung yang berdebar-debar kembali kubaca coretan itu
perlahan-lahan ‘zia, sebenarnya aku mencintaimu sejak.........’. sepenggal
kalimat yang tak berlanjut itu menyita pikiran dan perhatianku beberapa saat.
Lalu kututup kembali buku kesenianku.
***
Pagi
yang cerah dengan sinar mentari yang terang seolah-olah menggambarkan suasana
hatiku yang berbunga-bunga. Aku tak bisa membohongi diriku sendiri kalau aku
bahagia sekali. Ketika aku dijalan, ku lihat ke arah jam tanganku yang
menujukkan pukul 06.45. woww... lima belas menit lagi gerbang sekolah akan
ditutup. Aku tambahkan laju motor bebekku dan melesat di tengah-tengah hiruk
pikuk jalan. Sesampai di tempat parkir, ku parkir segera motorku. Aku berjalan
menuju kelas dengan tergesa-gesa. Tiba-tiba brooookkkkkkk... aku bertabrakan
dengan seseorang. Dia adalah dito teman sekelas aldi. Dia tersenyum
kearahku.hal yang sama pun kulakukan padanya. “ma’af yaa aku terburu-buru..”
basa-basiku padanya sambil ku ambil buku paketku yang terjatuh. Dia hanya
mengangguk. Tak sepatah katapun terucap darinya. Memang, dito anaknya pendiam.
Dulu waktu kelas X, aku satu kelas dengannya. Dia tu anaknya cuwek, tapi
lumayan banyak disukai cewek-cewek di kelasku. Wajahnya klo’ aku bilang sih
biasa, tapi karismanya tu lho.. hemmm. Mungkin ini yang dimaksud dengan
innerbeauty. Tapi, dia kan cowok. Masa’ cowok cantik sih. Inner handsome kali
yaaa.. hehe.. mana ada tuh. Pokoknya dia beda lah ma cowok-cowok lain. Apalagi
sama si widi vokalis grup band siterus yang suka tebar pesona sama cewek-cewek
di sekolahku. Idiihh gak banget menurutku. Kalo’ inget model rambutnya yang
jabrik-jabrik tu, hedeehh males dech. Ngakunya anak muda masa kini dengan style
rambut yang oke punya. Tapi kalo’ menurutku gak da oke2nya tuh. Risih aku
ngeliatnya. Apalagi kata temen-temen, kemaren si widi tu kena opersasi rambut
panjang. Operasi yang dilakukan oleh guru BP untuk merapikan rambut anak-anak
bandel. Gak rapi sih, yang ada malah amburadul. Haha.. aku tu suka kalo’
ngeliat cowok yang bersih, rapi, and rambutnya gak neko-neko.
Kayak aldi gitu. Eh malah jadi inget aldi.
Bel
berbunyi, penanda istirahat pertama. Hp ku bergetar. Sms dari aldi masuk. ‘Nyai, ntr pulg scol breg ya?’ Lalu ku
balas smsnya ‘iy, ku tunngu d prkir’. Selesai
istirahat, suasana menerka-nerka siapa pemilik tulisan di buku seniku. Otakku
terus berpikir sampai akhirnya ku temukan sebuah nama di memori otakku. Falif
aldiansyah, nama lengkap aldi. Aku berpikir mungkin itu aldi. Karena hanya dia
satu-satunya cowok yang pernah meminjam buku catatan kesenianku. Hanya dia yang
memberi panggilan sayang untukku. Ya, dia memanggilku nyai. Apakah ini cinta,
benarkah aku mencintainya dan dia mencintaiku? Jika memang benar aldi yang
memiliki tulisan itu, kenapa ia tak pernah mengatakan sejujurnya padaku. Apa
ini semua alasan mengapa kau menolak ajakanku untuk ke kantin saat kau
mengembalikan buku catatabku. Apa kau takut aku membuka dan membaca coretan
darimu disaat kau ada didepanku. Ya Allah,.. apa yang sebenarnya hamba rasakan
ini,? Mengapa Engkau memunculkan kembali rasa yang sudah lama hamba pendam
dengan susah payah ini.
***
Ketika
aku berjalan menuju tempat parkir, ku lihat sosok aldi. Dia duduk diatas
motorku. Sepertinya dia sedang menungguku. Aku tak kuasa menahan gejolak hatiku
yang tak karuan. Nafasku yang terasa sesak, aliran darahku yang seolah mengalir
semakin cepat. Semakin jarak ku dekat dengannya, degub jantungku terasa
berdebar semakin kencang. Apalagi saat aku menatap kedua bola matanya, aku
benar-benar tak kuasa menahan perasaan yang berkecamuk dihatiku. Akhirnya aku
putuskan untuk menundukkan pandanganku. “hey, lama banget sih jalannya! Kayak
kura-kura.” Celetuk aldi. Suaranya terdengar lembut di telingaku. Aku tetap
menunduk malu. Aku malu harus berhadapan secara langsung dengan seseorang yang
aku cintai dan mencintaiku. “kamu kenapa sih nyai kok aneh banget, diaamm
melulu. Udah gitu jalannya nunduk lagi, emang dibawah ada apa’an sih. Cari
puntung rokok yaa? Atau kamu abis kesambet? Hahaha...” goda aldi padaku. “kamu
apaan sih, gak kok aku gak apa-apa.” Sahutku. “eh kamu bisa gak sih, mulai saat
ini gak usah panggil aku nyai, panggil zia aja!” lanjutku. “hahaha.. kamu lucu
nyai, lama-lama bisa sakit perutku berhadapan ma orang yang tiba-tiba aneh
kayak kamu. Udah, mana kunci motormu!” aldi menyodorkan tangannya.
Entahlah aku bingung dengan aldi.
Aku ngomong serius, dia malah tertawa. Dari dulu, aldi memanggilku dengan
sebutan nyai. Aku gak tahu persis apa alasannya memanggilku seperti itu.
Mungkin karena penampilanku yang tertata dengan balutan kerudung atau mungkin
karena sifatku yang sok alim dimatanya. Mungkin juga karena aku sering ceramah
membosankan seputar agama didepannya. Entahlah yang jelas dia memiliki alasan tersendiri.
Seperti aku yang memiliki alasan kenapa aku memanggilnya ganong.
***
Ku pandangi aldi dari belakang
hingga berlalu menuju pintu rumahnya. Aku masih melihat bayang-bayang aldi
dihadapanku. Tawanya, kekonyolannya, suaranya, tatapannya, bahkan aromanya pun
masih melekat dihidungku. Aku rasa aku sedang dimabuk cinta.
Tiba-tiba handphoneku berbunyi,
penanda telpon masuk. Tertulis nama mely, teman sebangkuku. “hallo
assalmu’alaikum,..” sapa mely.”wa’alaikumsalam..” “zia, besok aku mau ngomong
sesuatu ma kamu. Penting banget, kamu pasti bakalan suka, okeh.....?” “emang
mau ngomong apa?” sahutku datar. “ada dech pokoknya. Daaa.... assalamu’alaikum.”
Tut.. tut.. tut.. Tiba-tiba terputus. Aku tak mengerti apa maksud mely. Dia
bilang aku bakalan suka. Apakah yang dia maksud menyangkut aldi? Loh kok jadi
aldi lagi sih yang nongol dibenakku. Okeylah aldi emang bener-bener berhasil
mengacaukan pikiranku akhir-akhir ini.
***
“coba deh tebak, aku mau ngomong
apa?” tanya mely dengan jahilnya padaku. “ya mana aku tahu, orang yang mau ngomong
situ kok!” “yaudah, to the point aja yach, kamu tau adi kan?” “adi anak ips 2
tu?” tanyaku. “yo’i, bener. Dia tu kemaren bilang ma aku kalo tipe cew’ yang
dia suka tu kayak kamu. Apalagi kalo badan kamu digede’in dikit, dia bakalan
lebih suka atau bahkan cuinta ma kamu. Hehe..” “halah udah deh, gk penting
banget sih, aku kira mau ngomong apa.” Celetukku. “hehe.. yaudah aku mau ke
musholla dulu. Daa..!” mely berlalu meninggalkanku. Aku semakin tidak mengerti,
kenapa coba mely ngomong tentang adi. Itu kan privasi. Andai yang dia ceritakan
tadi aldi. Hmmmm.... mulai deh.
***
Tak terasa waktu menunjukkan pukul
13.30. bel berbunyi. Anak-anak sekolah semburat menuju tempat parkir. Ada yang
menuju kantin, musholla, kamar mandi, dan berbagai tempat yang aman untuk
berduaan. Hehe.. biasanya sih di lorong-lorong kelas. “zia, aku mau
ngomong...!” nita teman sekelas aldi tiba-tiba muncul dari belakangku. “ngomong
apa? Serius amat!” timpalku. “aku mau ngomong tentang aldi.” “o ya.. emang da
pa dengan aldi? Apa dia cari gara-gara lagi ma kamu? Udah deh klo’ dia bikin
ulah, gk usah diladenin. Kamu tau sendiri kan aldi tu anaknya kayak apa? So, gk
usah diambil hati.” Aku sok nasihatin nita. dia sering bercerita tentang ulah
aldi padaku. Aku gak tau kenapa. “kenapa sih nit? Udah yaa.. apapun yang aldi
lakuin, aku harap kamu bisa ma’afin dia. Okey.” Aku keterusan nyerocos didepan
nita. Aku gak mau terjadi apa-apa dengan aldi. Aku tau nita. Meskipun cewe’,
dia sungguh nekat anaknya. Gak peduli berhadapan ma siapapun. Pokoknya siapa
aja yang cari gara-gara ma dia, bisa berkepanjangan tuh urusannya. “bukan..
bukan itu zia. Tapiii.....” “tapi apa?” aku potong kata-katanya. “aldi jadian
ma dinda, cewe’ satu kelasnya.” Haaaaaaa......oh my God, hatiku hancur
mendengarnya. Sepertinya jiwaku melayang tak tau arah. Tak kuhiraukan lagi nita.
Aku terus berjalan menelusuri teras kelas. Suasana sekolah terasa sepi. Tak ada
suara keramaian. Tak ada suara teriakan. Tak ada suara motor yang dikeluarkan
dari barisan parkir oleh sang empunya. Yang ada hanya suara hatiku yang hancur
berkeping-keping.
Aku berlari menuju toilet. Aku
nyalakan kran air. Dan aku pun menangis sejadi-jadinya. Tak ada satu orang pun
yang mendengar suara tangisanku. Mungkin hanya Tuhan yang tau. Tak lama kemudian
ku buka pintu toilet dan aku keluar. Suasana sekolah benar-benar sepi. Mungkin
anak-anak pada pulang. Yang tersisa hanya beberapa pasang saja.
***
Aku
terus berjalan menuju arah parkir. Tetap dengan pandangan kosong yang tak
berfokus. Tiba-tiba mataku tertuju pada satu arah. Aku melihat aldi berdiri.
Kali ini dia tidak sebagai seorang diri yang sedang menungguku. Tapi dia
bersama seorang cewe’, dinda. Untuk kesekian kalinya dihari dan jam yang sama
hatiku hancur. Betapa remuknya hatiku ini. Ingin kuteteskan air mataku ini. Aku
benar-benar gak sanggup melihat mereka berdua. Aku cemburu. “zia, kok belum
pulang?” sapa aldi. “a...a...aku bbaru selesai kerja lembur.” “haa kerja
lembur. Haha..?” timpal aldi. Aku lirik dinda yang sedang tertawa kecil.
Sepertinya mereka sedang menertawakan kekonyolanku. “emmmm,.. maksudku kerja
kelompok.” Huft, untung aku bisa kontrol diriku. Suasana hatiku benar-benar
kacau. “owh ya, zia kenalin ini dinda.” Kata aldi sembari menunjuk dinda.
Kupingku terasa aneh mendengar aldi mengucap namaku. Biasanya dia selalu
memanggilku dengan sebutan nyai. Sungguh kali ini ia beda. “eemmm iya, aku udah
kenal kok.” “dinda pacarku, karena kamu sahabatku, kamu harus tahu.” Timpal
aldi. “i..iya..” ucapku. Kupandangi dinda yang hanya memberikan senyum manisnya
padaku.
Aku
benar-benar benci situasi yang seperti ini. Suasana hatiku benar-benar buruk.
Kenapa harus dinda. Aku benar-benar kecewa dengan aldi. Mengapa ia harus
menuliskan serentetan kata yang membuat hatiku melayang? Jika ia mencintai dinda,
tak seharusnya ia melakukan itu padaku. Sungguh ini tak adil untukku. Pikiranku
terus berkecamuk. Aku ingin mendamprat aldi habis-habisan. Tapi apa daya, aku
tak bisa apa-apa. Akhirnya ku putuskan untuk beranjak dari tempatku berdiri.
“al, din... aku turut bahagia. Semoga kalian berbahagia juga yaa??” basa-basiku
yang 100% bohong. Aku sama sekali tak berbahagia. Aku bilang semoga mereka
bahagia, padahal dalam hati moga gak da kebahagiaan sedikitpun untuk hubungan
mereka and moga cepet putus. “makasih zia.” Ucap dinda. “yaudah, aku duluan
ya!” seru ku sembari meninggalkan mereka berdua.
***
Aku
benar-benar tak mengerti tentang semua ini. Tak henti-hentinya aku berpikir
tentang aldi. Kalo’ emang dia mencintai aku, kenapa harus jadian ma orang lain?
Apa aku yang harus memulai duluan? Tapi mana mungkin. Aku kan cewe’. Ya Allah
harus bagaimana hambamu ini? Aku hanya bisa pasrah.
***
Pagi
hari nan dingin membuatku malas untuk beraktifitas. Berangkat ke sekolah
menerjang embun dipagi buta sangatlah membosankan. Hampir setiap hari aku
melakukan itu. Tapi kali ini lelah melandaku. Aku tak tau karena apa. Tugas
disekolah tak menumpuk, ulangan harian juga tak ada. Tapi, aku benar-benar
merasa sangat lelah. Mungkin karena peristiwa kemarin. Aku masih belum bisa
menerima kenyataan bahwa aldi, telah menjadi kekasih dinda.
“huh
kalo saja aku tau hari ini bakalan jam kosong, gak bkalan berangkat sekolah
tadi”, celetuk mely. Aku hanya terdiam mendengarnya tanpa komentar sedikit pun.
Aku sedang tak ingin berbicara apa-apa. Mungkin saat ini, aku terlihat seperti
manusia bodoh yang sedang duduk manis dan tak tau sedang memikirkan apa.
Tiba-tiba datanglah sosok cowok didepan meja bangkuku. “hay, bisa bicara
sebentar, aku mau ngomong sesuatu”, kata dito. “okeh..”. dito keluar dari
kelasku, aku pun mengikutinya dari belakang. Tak tau apa yang bakalan dito
katakan padaku. Dan aku pun tak berminat menebaknya. Lagian aku juga gak peduli
apa yang akan dito katakan padaku. Aku hanya mengikutinya saja. Sebenarnya ogah
keluar kelas, apalagi cuman untuk dengerin dito ngomong. Tapi mau gimana lagi,
aku jauh lebih malas kalo’ harus nolak, terus mikir nyari’ alasan inilah,
itulah. Pokoknya hari ini, aku gak pengen nglakuin apa-apa, gak lagi pengen
apa, dan gak pengen apa-apa. Aku cuman pengen diem sambil membayangkan aldi.
Aarrrggghhh, tapi mana mungkin. Aldi kan udah resmi pacaran ama dinda. Uuhhh
sebel.
Tak terasa aku dan dito sampai
dibelakang perpustakaan. Dia berhenti dilorong kecil tempat biasa mangkir
anak-anak kalo lagi pacaran. Aku pun berhenti. Sejenak aku konsentrasi pada
dito. Untuk apa dia mengajakku ke tempat seperti ini. Udah gitu sepi lagi, cuman
ada aku, dia, dan semut-semut kecil. Jadi inget lagu om crhisye yang jadi
backsong sinetron kisah kasih disekolah jaman aku sd dulu. Tiba-tiba aku kepikiran
lirik lagunya. ‘malu aku malu pada semut merah yang berbaris didinding
menatapku curiga seakan penuh tanya sedang apa disini... menanti pacar
jawabku’. Pas banget ma kondisi saat ini. Aku yang sedang berdua dengan dito
diliatin ma semut merah. Ihhhh mikir apa sih aku ini. Ini kebiasaan, pikiranku
terlalu kreatif, jadi kalo’ dibiarin bisa semakin liar aja. Hmmmm... tapi kok
dito sih, andai za aldi. Tu kan pikiranku liar lagi, malah mikir aldi. “zia,
sebelumnya aku minta ma’af kalo aku lancang sama kamu”, suara dito terdengar
sangat lirih. “sebenarnya, yang nulis e e kata-kata ya kata di di buku halaman
terakhir, eh maksud aku di halaman terakhir buku kesenianmu, itu a aku.” Dieng
seketika aku tersentak. “kok bisa?” “aku liat aldi pnjem bukumu, kan aku satu
bangku ma dia, waktu dia lagi ke kantin, aku ambil bukumu dari tasnya. Ma’af
kalo’ aku dah lancang”. Aku seperti terhipnotis oleh kata-kata yang muncul dari
bibir dito barusan. Aku sama sekali gak berpikir kalo’ kata-kata itu berasal
dari tulisan tangan dito. Begonya lagi sebelumnya aku gak berpikir sama sekali
kalo dito bakalan ngomong hal yang semacam ini padaku. Harusnya aku mikir
terlebih dahulu, kalo bisa saja dito akan ngomong macem-macem ke aku. Secara
seorang dito, cowo’ pendiam yang jarang bicara ataupun menyapa pada cewe’
tiba-tiba mengajakku ke tempat sepi dan menjelaskan kalo dia yang menulis
kata-kata itu. Huft.. kenapa harus dito. Kenapa bukan aldi. Tanpa bertanya
lagi, aku beranjak dari tempatku berdiri. “zia, kamu jangan bingung ya.
Kata-kataku itu jangan kamu jadikan sebagai beban. Aku cuman mengungkapkan isi
hatiku aja kok. Biar bebanku berkurang. Kamu gak perlu jawab apa-apa. Kamu tau
tentang perasaanku ja udah lebih dari cukup buat aku.” Lalu aku pergi
meninggalkan dito. Kejadian barusan benar-benar membuatku semakin bingung.
Kenapa dito tiba-tiba mengungkapkan isi hatinya? Kenapa dia mencintaiku? Sejak
kapan? Bukankah cinta itu bisa timbul karena terbiasa. Sedang aku dan dito,
kita sama sekali tidak memiliki hubungan yang dekat.
***
Dingin pagi nan mencekam, ku tarik
ke atas selimut tebalku yang hanya menutupi kedua kakiku. Bukannya terlelap, eh
mataku malah terbuka lebar. Pikiranku melayang pada kejadian kemaren sore.
Wajah dito terbayang dibenakku, mataku semakin tak bisa ku pejamkan. Belum
selesai dengan halusinasi dito, tiba-tiba muncul wajah aldi di benakku. Apa
ini, mengapa aku tiba-tiba berhayal aneh. Sepertinya pikiranku semakin kacau.
Benarkah semua ini cinta? Benarkah rasa yang bersemayam di hatiku untuk aldi
itu cinta? Benarkah yang dilakukan dito padaku itu cinta? Benarkah pujian adi
itu cinta? Benarkah widi sang vokalis selalu menebarkan pesonanya itu cinta?
Aku semakn tak paham dengan arti cinta. Entah itu bahagia, entah sakit. Aku tak
paham.
Ku lihat jam wekerku menunjukkan
pukul 03.45. masih ada sisa waktu untuk sholat malam. Ku ambil mukenaku, ku
adukan segalanya pada Allah SWT hingga menjelang shubuh. Ku lanjutkan dengan
sholat shubuh. Tak terasa air mataku berlinang. Tak tau kenapa. Aku merasa
begitu rendah di hadapan tuhanku. Dalam beberapa waktu terakhir ini aku telah
disibukkan oleh cinta. Mencari arti cinta. Yang kudapatkan hanyalah kekecewaan,
kerumitan yang semakin membuatku bingung. Ya Allah, ampuni dosa-dosa hamba,
kekhilafan hamba hingga hamba melupakanMu. Kini aku baru sadar, bahwa dari
sekian hal yang ku duga cinta, hanya ada satu cinta yang sejati, yaitu cinta
pada sang Ilahi. Tak perlu khawatir akan sakit, karena cinta itu pasti akan
terbalaskan. Sudah lama aku melupakan rutinitasku dipagi hari. Membuat
dinding-dinding kamar tidurku menggema. Lalu, kuambil al-Qur’an kecilku dan
kulantunkan ayat-ayatNya.
Selasa, 16 Juli 2013
13.11